Menjadi Pemimpin yang di-Idola-kan Umat*

Oleh : Raddy Ibnu Jihad**

Menjadi seorang pemimpin, memang bukanlah perkara yang mudah. Namun bukan pula merupakan sesuatu hal yang harus ditakuti. Pemimpin adalah orang yang keberadaannya mampu berpengaruh kepada orang disekitarnya (baca : rakyat). Dan juga sosok yang mampu memimpin. Oleh karena itu, seorang pemimpin selalu berada di garda terdepan bagi rakyatnya, karena seorang pemimpin mempunyai tugas yang tidak mudah, seperti mengayomi rakyat, melindungi, menjamin jiwa serta hartanya, dan juga mengenai kesejahteraannya. Bahkan, seorang pemimpin terkadang harus merelakan sebagian haknya atau bahkan lebih demi menyelamatkan rakyatnya yang sedang membutuhkan. Itulah sekelumit gambaran tentang sosok pemimpin yang di-idola-kan rakyat atau umat.
Bagaimana bila kita mencermati para pemimpin di sekitar kita, di negara kita, atau bahkan di dunia saat ini? Sudahkah sosok seorang pemimpin seperti gambaran di atas tadi? Mungkin, jika ada sebuah lembaga survey yang mampu memprosentasikan secara jujur kepribadian seorang pemimpin, maka hasil yang akan didapatkan bisa mengecewakan atau malah menyedihkan. Mengapa demikian? Ternyata banyak dari pemimpin yang ada saat ini justru berkebalikan dengan gambaran di atas. Lantas, apakah sudah tidak ada harapan akan sosok seorang pemimpin yang benar-benar berkualitas secara fisik luar maupun kepribadiannya. Tentu saja tidak, sesungguhnya harapan itu masih ada. Kemungkinan dari sekian juta atau milyar pemimpin di atas bumi ini, masih akan ada seorang pemimpin yang bisa menjadi idola rakyat / umat.
Sebelum rakyat terlalu banyak berharap akan impian yang tidak jelas, coba kita tengok dulu bagaimana fenomena yang terjadi di dunia saat ini. Mencari seorang pemimpin yang berkualitas bagus, ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami. Misalnya realitas yang terjadi di negeri kita tercinta, menjadi seorang pemimpin bukan lagi sebuah amanah yang akan dipertanggungjawabkan dunia akhirat, melainkan sebuah jabatan yang harus diperebutkan sedemikian rupa dengan menghalalkan segala macam cara. Akhirnya, apa dampak yang terjadi setelah pemimpin itu terpilih? Mereka bukan lagi bekerja untuk melayani umat, justru sebaliknya, yakni menindas dan mendzalimi umat demi kesejahteraan dirinya sendiri. Naudzubillah ... !!!. inikah pemimpin yang akan kita beri kepercayaan untuk memimpin negeri ini? Sudah siapkah kita mengalami kehancuran secara perlahan-lahan? Tentu, tak seorang pun berharap demikian.
Kita harus cermat dan teliti saat memilih seorang pemimpin di mana pun berada, baik dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang tertinggi (baca : presiden). Seperti dalam pagelaran pemilu (pemilihan umum) yang akan dilaksanakan sebentar lagi, ternyata bermunculan tokoh-tokoh yang mengatas namakan kepentingan umat atau berjuang demi kesejahteraan umat yang berasal dari berbagai kalangan dan profesi. Ada yang murni para politisi, ada yang dari kaum petani, ada juga dari kelompok kyai, dan masih banyak yang lain. Semuanya bersaing untuk menjadi orang yang nomor satu di negeri ini. Dengan visi dan misi yang mereka bawa, serta berbagai macam janji yang mereka tawarkan. Tak ubahnya seperti kompetensi dalam lomba. Terkadang bila cara yang jujur dan sesuai prosedur tak berhasil, maka cara alternatif pun mereka gunakan, seperti menjegal saingannya. Apakah pemimpin yang seperti ini pula yang akan kita biarkan untuk memimpin negeri ini. Tidak...!!! sudah cukup umat ini dan bangsa ini menderita karena ulah kedzaliman para pemimpin semena-mena tanpa menghiraukan nasib dan kesejahteraan rakyatnya. Kita harus mulai memperbaiki mulai saat ini...!
Selanjutnya bagaimana Islam sendiri memandang hal yang cukup urgen ini? Bukankah Islam adalah agama yang diturunkan ke bumi sebagai rahmat bagi seluruh alam? Sebenarnya Islam telah memberikan solusi secara riil dan konkret. Bahkan Islam juga telah memberikan contoh nyata sosok seorang pemimpin yang di-idola-kan umat, yakni Rasulullah Muhammad saw. Beliau adalah seorang pemimpin yang kepemimpinannya diakui oleh seluruh dunia, bahkan sepanjang masa. Namun, realitas yang terjadi justru umat Islam sendirilah yang kurang bisa melihat beliau sebagai figur nyata sosok seorang pemimpin yang di-idola-kan umat. Kita tahu bahwa kepeminpinan beliau sudah tidak diragukan lagi. Saat Rasulullah Muhammad saw berlaku sebagai seorang pemimpin (baca : khalifah), beliau juga tidak melupakan tugasnya sebagai seorang nabi utusan Allah. Ia menjadikan risalah Islam sebagai landasan dalam membangun kedaulatannya. Dan apa yang terjadi? Saat itu Islam mengalami masa kejayaannya, bahkan umat Islam dan masyarakat yang bernaung di bawah kepemimpinan beliau mengalami kesejahteraan yang benar-benar terjamin.
Menurut Ibnu Siena, Rasulullah saw benar-benar memperhitungkan secara cermat hal apa yang harus ia prioritaskan dan harus diperbaiki supaya kesejahteraan umat bisa tercapai. Ekonomi menjadi sumber revolusi sosial yang terpenting. Saat itu Rasulullah saw menerapkan “sistem zakat” yang benar-benar murni mulai dari 2 ½ % samapai 10 %. Alhasil dengan sistem seperti ini ternyata kesejahteraan umat dapat tercapai. Sistem ini berjalan dimulai dari masa nabi Muhammad saw, lalu dilanjutkan oleh khalifah Abu Bakar as-Shidiq, kemudian khalifah Umar bin Khattab, dan masih berlanjut sampai separuh masa kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan. Namun, setelah itu muncul kericuhan di masa pertengahan khalifah Utsman memimpin, yakni muncul gerakan separatis sosialis Islam yang waktu itu dibawa oleh Abi Dzar Al-Ghifari. Akhirnya tetap bisa diredam setelah Mahkamah Agung di ibukota Madinah memberikan hukuman “pengasingan” pada Abu Dzar Al-Ghifari. Lalu, perjuangan ekonomi ini dikembalikan pada relnya saat Ali bin Abi Thalib memimpin. Begitu pula kehebatan memimpin ditunjukkan lagi oleh Umar bin Abdul Aziz di Daulah Umayyah, serta beberapa khalifah lain di Daulah Abbasiyyah, seperti khalifah Mansur, Harun ar-Rasyid, dan Makmun.
Ternyata begitu luar biasa perjuangan mereka untuk melayani umat, yang telah dilakukan oleh para pemimpin saat itu. Saat itulah contoh serta bukti riil keteladanan pemimpin yang telah ditunjukkan oleh tokoh-tokoh Islam. Namun, kenapa tidak pernah terbesit oleh para pemimpin saat ini untuk menirunya? Atau mungkin ada yang salah dengan kepemimpinan di negeri ini?
Menurut Dr. Ir. H. A. M. Saefudin dalam bukunya Fenomena Kemasyarakatan (Refleksi Cendekiawan Muslim), beliau mengatakan bahwa kepemimpinan Islam yang katanya telah diterapkan di negara ini, sebenarnya telah mengalami pergeseran makna. Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yang seharusnya mampu berdaulat ke segala bidang atau sektor di sebuah negara. Kemudian, yang memimpin disebut pemimpin Islam, yakni seorang pemimpin yang memiliki kewenangan di segala bidang serta menjadikan Islam sebagai landasan bernegara. Namun, apa yang terjadi? Ternyata pemimpin Islam kini hanya bisa disebut pemimpin muslim. Pemimpin muslim adalah seorang pemimpin yang hanya berkutat pada satu wilayah kedaulatan saja, yakni agama dan mengabaikan negara. Seperti yang terlihat di negara tercinta ini, hanya gara-gara beda organisasi terjadi serangan saling menyalahkan yang berakhir dengan perpecahan kelompok. Apakah mereka tidak berpikir? Bukankah mereka satu aqidah dan saudara se-muslim?
Dan yang paling beliau sedihkan adalah para pemimpin muslim yang hanya jago di kandangnya masing-masing. Mereka terlalu membangga-banggakan kelompoknya, sehingga lupa bahwa sesungguhnya negara lebih membutuhkan kontribusi mereka dalam mensejahterakan umat bukan memecah belah umat. Inikah para pemimpin yang akan kita biarkan pula untuk memimpin bangsa ini?
Seperti uraian di awal tadi, sebenarnya umat ini lebih membutuhkan pemimpin yang bisa menjadi suri tauladan. Bukan lagi pemimpin yang hanya bisa mengobral janji dan menyengsarakan umat. Seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw, para sahabat, para khalifah zaman keemasan Islam, serta para pemimpin terbaik di dunia ini. Kini, di depan sana umat telah menanti dan berharap siapakah yang bisa menjadi pemimpin yang di-idola-kan umat?

*Artikel ini telah diterbitkan oleh Majalah Al-Hikam Edisi XIX, Maret 2009 M / Robi’ul Awwal 1430 H

**Penulis merupakan Sekjen FLP Cabang Semarang periode 2011-Sekarang
Guru Pendidikan Jurnalistik SDIT Harapan Bunda Semarang
Direktur Lembaga Motivator Remaja dan Kepenulisan
Cahaya Pena-Best Mover Generation (CP-BMG)

Direktur Cahaya Music Creativa Groups (CMC Groups)
Trainer Penulis Kids Cahaya Pena Art 
Silahkan berdiskusi lebih jauh lewat e-mail : cahayapena21@gmail.com blog pribadi : http://raddywicaks.wordpress.com atau http://cahayapena21.blogspot.com
twitter : @raddyibnujihad / facebook : Raddy MV

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terus Belajar

MENERJEMAHKAN BAHASA AKAL DAN HATI

Open Pre Order Buku Antologi Ketiga