Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Open Pre Order Buku Antologi Ketiga

Gambar
Teruntuk para perempuan. Kita memang rapuh, tetapi tahukah bahwa kita diciptakan dengan segudang belas kasih? Itu sebab mengapa perempuan ditakdirkan untuk menjadi seorang ibu dan istri. Ia tangguh dalam menghadapi kehidupan demi keluarga kecil mereka. Ia sanggup tegar saat tersadar untuk harus segera bangkit. Teruntuk para lelaki. Lihatlah kami-perempuan-dalam memandang kehidupan. Kami siap untuk diajak tegar. Namun, tak jarang kami juga berputus asa mengingat perasaan kami gampang terpatahkan. Tuntunlah kami menyelaraskan antara rasa dan logika. Karena ada yang bilang, perempuan mendominasi rasa sedangkan kalian memdominasi logika. ( Anjar Lembayung, Editor AePublishing, Penulis Novel "Arimbi" ) Buku ini berisi sekumpulan kisah dan rasa dari setiap perempuan dalam meniti hidup. Sangat sayang untuk dilewatkan.  Berminat? Silakan pesan sekarang juga! Harga spesial selama masa pre order. Whatsapp : 085868568100 Fanpage : facebook.com/OfficialFanpageRaddy/ In

Patung Lilin - Bagian 4

oleh. Raddy Ibnu Jihad Aku masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Orang yang membawa kapak itu adalah Evan. Dia berlari ke arah hutan lurus dari arah pecahnya jendela kayu. Kuikuti sambil tetap bersembunyi. Terlihat dia memakai jaket berwarna hijau tebal. Itu jaket milik Evan. Apakah benar Evan akan mencederai teman-temannya sendiri? Terdengar seperti kotak kayu besar terjatuh ke lantai atau sengaja dijatuhkan. Kalau tidak salah arah suara berasal dari kamar seberang ruangan patung lilin. “Hah! Kamar tempatku istirahat bersama Evan!” seruku seketika. Aku lupa kalau sedang bersembunyi. Bergegas menuju kamar tempat istirahat. Sesampainya di depan kamar kurang lebih sepuluh meter, aku baru ingat kalau tadi baru saja mengejar seseorang berwajah Evan dan mengenakan jaketnya. Berarti kalau orang yang berlari menuju hutan adalah Evan di kamar ini kosong tak ada orang. Namun, jika Evan ada di dalam berarti orang yang membawa kapak bukan dirinya. Kubuka pelan-pelan pintu k

Patung Lilin - Bagian 3

Gambar
doc. faizqonitah.blogspot.co.id oleh. Raddy Ibnu Jihad Apa yang akan dilakukan oleh kakek tua itu? Dia membawa peralatan seperti tukang bangunan saja. Palu besar dan linggis ulir. Degupan jantungku semakin tak beraturan. Kuberanikan mengintip lagi ke arah kakek tua itu. Hilang? Dia tidak ada di sana? Ke mana kakek tua itu pergi? Bajuku seketika basah kuyup. Padahal udara dingin. Evan masih lelap mendengkur. Apa yang harus kulakukan? “Evan! Bangun! Evan! Bangun Evan!” seruku membangunkan paksa Evan yang tertidur sangat pulas dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya keras. “Dasar anak ini nyenyak sekali tidurnya!” ucapku jengkel sambil mendudukkan paksa Evan. “Ada apa ya nak?” kata kakek tua itu. Suara serak kakek tua itu berasal dari arah belakangku yang belum berhasil membangunkan Evan. Berarti kakek tua itu sudah berdiri di depan pintu kamar kami. Nafasku ngos-ngosan seperti orang sedang melarikan diri karena ketakutan. “Hmm, tidak apa-apa kok, Kek,” jawabku kaku d

Patung Lilin - Bagian 2

Gambar
doc. HTN Alat Pertanian oleh. Raddy Ibnu Jihad Sejak awal melihat rumah ini, aku sudah menduga ada sesuatu yang mencurigakan. Apalagi kakek tua yang mempersilakan kita masuk. Antara takut dan penasaran aku berniat kembali ke ruang tamu mencari Evan. Benar sekali. Akar masalahnya adalah Evan. Gara-gara suara misterius tersebut, akhirnya kita semua terdampar di rumah kakek horor itu. “Maaf nak, kami sudah menunggumu dari tadi?” kata kakek tua yang mengenakan setelan kemeja panjang dan celana berwarna hitam dengan suara serak. “Iya kek,” jawabku. Kakek itu mengagetkanku lagi. Kemudian kuikuti saja langkahnya menuju ruang tamu. Ada Evan dengan santainya menyeruput teh panas dan makan biskuit. Padahal kita sedang tersesat. Entah apa yang ada dalam pikirannya? Tapi sebenarnya aku masih penasaran dengan ruangan penuh patung lilin tadi? Apakah kakek tua itu yang membuatnya? Apakah semua itu benar-benar patung lilin manusia? “Silakan dinikmati teh panas dan makanannya, na

Patung Lilin - Bagian 1

Gambar
doc. www.youtube.com oleh. Raddy Ibnu Jihad Aku mencoba untuk tenang dalam situasi yang seperti apapun. Termasuk saat ini. Aku tersesat di hutan. Memang ada Evan bersamaku, namun itu masih tak membuatku tenang. Awalnya petualangan jelajah hutan menjadi hal yang sangat menarik pagi hari tadi. Uh , kenapa juga harus kuikuti saran Evan saat mendengar suara aneh yang berlawanan dari arah perjalanan kami. “Ri o! Stop ! Lihat rumah di depan ! Ada cahaya ! Mungkin ada orang disana… ! ” Teriak Evan lima belas meter di depanku agar aku melihat ke arahnya. “Tapi ini kan tengah hutan Eva n, jangan - janga n? ” ucapku ragu. Tubuhku bergidik menggigil membayangkan kalau bukan manusia yang berada disana melainkan makhluk tak kasat mata. “ Su dah , jangan berpikir macam-macam. Yang penting kita bisa bermalam dulu , udara mulai dingin. Sepertinya akan hujan ? ” Evan menarik-narik tanganku. Aku masih diam . Tak ut . “JLEDAAAAAAARRRRRRRRR” Tiba-tiba suara gemuruh