Patung Lilin - Bagian 1

doc. www.youtube.com


oleh. Raddy Ibnu Jihad

Aku mencoba untuk tenang dalam situasi yang seperti apapun. Termasuk saat ini. Aku tersesat di hutan. Memang ada Evan bersamaku, namun itu masih tak membuatku tenang. Awalnya petualangan jelajah hutan menjadi hal yang sangat menarik pagi hari tadi. Uh, kenapa juga harus kuikuti saran Evan saat mendengar suara aneh yang berlawanan dari arah perjalanan kami.

“Rio! Stop! Lihat rumah di depan! Ada cahaya! Mungkin ada orang disana…!Teriak Evan lima belas meter di depanku agar aku melihat ke arahnya.

“Tapi ini kan tengah hutan Evan, jangan-jangan? ucapku ragu. Tubuhku bergidik menggigil membayangkan kalau bukan manusia yang berada disana melainkan makhluk tak kasat mata.

Sudah, jangan berpikir macam-macam. Yang penting kita bisa bermalam dulu, udara mulai dingin. Sepertinya akan hujan?” Evan menarik-narik tanganku. Aku masih diam. Takut.

“JLEDAAAAAAARRRRRRRRR”

Tiba-tiba suara gemuruh diiringi hujan deras langsung mengguyur tubuh kami. Akhirnya terpaksa, kuikuti sekali lagi saran Evan. Aku tak tahu apalagi yang akan kita alami setelah ini.

Kami mengetuk beberapa kali pintu rumah tersebut. Namun, tak juga ada jawaban. Pikiranku mulai macam-macam.

“Apakah ada orang di dalam!?”, Teriak Evan sampai ke sekian kalinya. Kita hampir putus asa.

“Kalian mencari siapa!? Tanya seseorang dengan suara serak dan pelan terdengar di belakang kami.

Tiba-tiba rasanya merinding. Ada apa ini? Kuberanikan untuk menoleh ke belakang, terlihat seorang kakek tua memakai payung berwarna hitam. Dia berdiri di tengah hujan dengan tatapan tajam.

“Ka… ka… kami... ma… ma… mau… ber… ber… teduh kek,” jawabku terbata-bata.

Kakek itu tidak menjawab, hanya melihat kami sekilas. Kemudian beliau berjalan masuk menuju rumah. Membuka pintu dan berbalik memberi isyarat kepada kita untuk masuk. Sebenarnya aku masih sangat gelisah dan tidak tenang berada di sana, namun mau bagaimana lagi di luar hujan sangat deras.

Terdengar bunyi pintu kayu yang sangat tua, ketika kakek tersebut membukakan pintu untuk kami. Saat masuk, kami lebih kaget dan merasa aneh. Terlihat banyak sekali hiasan patung lilin berbentuk manusia. Jelas sekali, patung lilin tersebut mirip seperti manusia.

Ada seorang satpam, ada seorang ibu-ibu yang berteriak. Dan yang paling aneh, aku melihat patung lilin keempat temanku yang lain juga ada disana. Ada Alvin yang memakai ransel merah persis seperti saat kita berangkat jelajah hutan. Posenya sedang duduk di kursi. Sebelahnya ada Rico yang berkacamata, terlihat kaget wajahnya. Ada juga Firman dengan pose setengah berlari. Terakhir Ryan, duduk di bawah dengan wajah mengerang kesakitan. Semuanya benar-benar persis seperti keempat teman kami yang terpisah saat perjalanan.

Rasa takutku sejenak hilang, berganti dengan penasaran. Aku mengamati dengan lekat dan baru sadar kalau ada gerakan di bola mata Ryan yang duduk di bawah. Aku kaget dan melompat ke belakang. Tak kusadari dari ujung pintu kakek tua itu melihatku dengan pandangan tajam.

#fiksimini #misteri #menulisharian #inspiratif #kreatif




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terus Belajar

MENERJEMAHKAN BAHASA AKAL DAN HATI

Open Pre Order Buku Antologi Ketiga