MENERJEMAHKAN BAHASA AKAL DAN HATI
doc. shawnlwelch.com |
Oleh. Raddy Ibnu Jihad*
Manusia diberi anugrah akal
dan hati. Selayaknya mampu berjalan seiring dan berkaitan. Namun, anehnya
ketika hati mendominasi, maka langkah kongkrit sering terbengkelai. Begitu pula
ketika akal menguasai, seakan manusia menjadi makhluk berjiwa robot yang kaku dan
keras kepala.
إِنَّ فىِ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ
اخْتِلَافِ الَّيْلِ وَ النَّهَارِ وَ الْفُلْكِ الَّتىِ تجَْرِى فىِ الْبَحْرِ
بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَ مَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاءٍ
فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتهَِا وَ بَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ
وَ تَصْرِيفِ الرِّيَحِ وَ السَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ
الْأَرْضِ لاََيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُون
“Sesungguhnya
pada kejadian langit dan bumi; dan pertukaran malam dan siang; dan (pada)
kapal-kapal yang belayar di laut dengan membawa benda-benda yang bermanfaat
kepada manusia; demikian juga (pada) air hujan yang Allah turunkan dari langit
lalu Allah hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta Ia
biakkan padanya dari berbagai-bagai jenis binatang; demikian juga (pada)
peredaran angin dan awan yang tunduk (kepada kuasa Allah) terapung-apung di
antara langit dengan bumi; sesungguhnya ada tanda-tanda (yang membuktikan
keesaan Allah, kekuasaanNya, kebijaksanaanNya, dan keluasan rahmatNya) bagi
kaum yang menggunakan akal fikiran (liqaumiy ya’qiluun)”. (QS. Al Baqarah :
164)
Begitulah seharusnya akal, ia menjembatani kepada hati agar memahami
kekuasaan yang Haqiqi. Bukan berupaya untuk mengoyak dan mengupas lepas perkara
Ilahiah. Akal untuk berpikir tentang realitas hidup. Bukan angan-angan kosong
tak berdasar. Manusia butuh makan dan minum, maka akal akan berupaya berpikir
bagaimana caranya? Begitulah. Setiap permasalahan hadir maka akal akan
memrosesnya untuk mencari solusi jawabannya. Memecahkan persoalan juga
menganalisis kondisi serta mengevaluasi kejadian.
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ
أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً
وَرَحْمَةً إِنَّ فِي
ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ {21}
“Dan diantara
tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (QS. Ar-Ruum:
21)
Begitulah hati seharusnya menuntun pada kenyataan yang menentramkan jiwa dan
realitas sejati. Bukan mimpi semu yang berlimang dosa. Hati akan mengeksekusi
pada hubungan jiwa. Sebuah prediksi dalam kelembutan. Rasa saling membutuhkan
dan saling percaya. Mengikat dengan rasa yang tak mampu dijelaskan dengan
sepatah dua patah kata. Mengasihi dalam kedamaian, menyayangi dalam kehangatan,
mencintai dalam ketulusan, serta memahami dalam ketaatan. Akhirnya hati
transfer kepada akal bahwa benar salah dalam hidup bukan hanya dipikirkan
semata melainkan direnungi dan diresapi.
#Raddyibnujihad #penulisinspiratifkreatif
#mengubahmimpimenjadiaksinyata
#keepspiritforsuccess #Inspiraddy
Dari artikel ini saya mendapatkan inspirasi mengenai kolerasi antara hati atau intuisi dengan akal pikiran dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Sarana yang digunakan dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan melalui dua objek yang berbeda menjadi perdebatan dalam dunia Barat di zaman kegelapan. al-Qur'an memberikan solusi bagaimana memperoleh ilmu melalui dua objek yang berbeda. Hati sebagai sarana kedua mendapatkan ilmu yang di berikan karena jarak antara manusia dengan Allah yang begitu dekat. Usaha pendekatan manusia kepada Allah melalui tiga tahapan, yaitu mengosongkan diri dari perbuatan tercela. Dalam tahap ini manusia berusaha menghilangkan perbuatan tercela kepada sesama, Allah dan alam. kepada sesama seperti berucap dengan bahasa yang tidak sopan, kepada Allah seperti menyekutukannya, kepada alam seperti merusaknya. Tahapan yang kedua adalah menghiasi diri dengan perbuatan terpuji dan terkahir dengan pemberian ilmu. Dalam tahap ini Allah membuka dinding penghalang atau tabir antara manusia dengan ilmu yang tidak pernah di dapat melalui teori yang sistematis, tetapi berupa hadiah atau pemberian dari Allah dari usaha yang sudah dilakukannya.
BalasHapusWah terima kasih sekali pak atas masukan dan motivasi inspiratifnya. Smoga bisa terus memberikan kemanfaatan.
HapusWah terima kasih sekali pak atas masukan dan motivasi inspiratifnya. Smoga bisa terus memberikan kemanfaatan.
Hapus