Siluet Mimpi Seorang Insan



Sejenak ada bayang yang terbesit. Mengingatkan pada sebuah kisah masa lalu. Walaupun kini ia dan aku sungguh jauh berbeda, namun kuyakin bahwa tiada saat terindah bersamanya. Sendu seingkali terasa ketika ingatan itu tiba-tiba muncul. Ada apa sebenarnya? lalu, berganti cemas yang menyelimuti.

Detak itu masih terasa begitu kencang. Lirih namun halus kurasa. Siapapun orangnya tak akan pernah mudah melupakannya, setelah kisah indah yang terangkai dalam sebuah gejolak. Tak ada yang mampu menepis bahwa itu benar adanya. Risau pun juga tidak. Bingung pun juga enggan. Hanya ada diam terpaku dan bersandar pada ketidak pastian.

Bukan pejuang katanya bila ia tak berdarah-berdarah. Bukan pahlawan bilangnya jika tak menenteng senjata. Bukan jagoan sedianya tak gagah dalam sebuah medan. Apalah sebenarnya maksud pandangan tersebut. Seperti siluet yang hanya menampakkan satu sisi, bahkan romannya pun tak nyata.

Kelebihan yang ada bukan sebuah alat untuk mengangkat kedigdayaan. begitu pula kelemahan yang melekat juga bukan prediksi kehancuran. Masa depan juga bukan barang taruhan. Pilihanmu, kesedianmu, maupun keberadaanmu adalah bukti dari reaksi mimpi-mimpimu.

Dari mana aku tadi memulai langkah. Ternyata sudah jauh aku menyimpang. Likuan ini begitu terasa membingungkan. Benar mungkin yang orang bilang. Aku bukan dia juga bukan aku. Aku tak sama dirinya pun tak sama diriku. 

Serasa ingin melayang melewati portal waktu. Namun realitas tetaplah lebih indah. Bukan untuk menjembatani khayalan, namun untuk menegakkan keinginan yang halus. Halus.... begitu katanya.
Hidup... begitu ucapnya. Ada... begitu sahutnya.

Raddy Ibnu Jihad, Penulis Abad 21

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terus Belajar

Open Pre Order Buku Antologi Ketiga

MENERJEMAHKAN BAHASA AKAL DAN HATI