Tragedi Anak Panah yang Dilesatkan
Oleh. Raddy Ibnu
Jihad*
“Tahu nggak sih, saya itu sedang sibuk...!!!”
Kalimat
sederhana jelas, jelas, tegas, tapi sangat menusuk. Seringkali tak sadar bahwa
kalimat sederhana yang terucap tersebut bisa saja melukai saudara kita. Memang benarlah
setiap insan memiliki kesibukan dan aktivitas berjubel berbeda satu dengan
lainnya. Namun, kita harus ingat. Ada satu titik yang seringkali terlupa
sebagai makhluk yang dianugrahi akal dan hati. Manusia tetaplah manusia yang
memiliki rasa sakit hati dan kecewa juga cinta serta kasih sayang.
Seperti
anak panah yang telah melesat meninggal busurnya tak bisa lagi ditarik hingga
ia mengenai sasaran yang dituju. Bagai peluru yang terlepas setelah pelatuknya
ditarik, maka tak akan meledak hingga menembus target. Seperti lembing yang dilempar
tak akan menusuk hingga menusuk sasaran. Begitu pula ucapan lisan. Ia pun tak
bisa kembali dihapus atau di delete setelah terlontar dari bibir.

Sederhana
dalam bersikap. Ternyata hal tersebut jauh lebih mulia dibandingkan tragedi
anak panah yang terlanjur terlepas, atau peluru yang telah ditembakkan, atau
lembing yang terlempar. Sungguh hati itu bagai cermin yang mudah retak dan
rapuh. Fisik kuat penampilan hebat juga bukan jaminan hati dan perasaan sekuat
baja. Bagaimana pun atau apapun itu manusia tetaplah manusia. Makhluk yang
dikaruniai akal dan hati.
Mari
evaluasi pribadi masing-masing. Semoga tiada lagi palu yang akan meretakkan
bahkan menghancurkan cermin kehidupan insan hingga pecah berkeping-keping. Bagaimana
pun atau apapun itu manusia tetaplah manusia. Makhluk yang dikaruniai akal dan
hati.
*Penulis
merupakan pegiat FLP Semarang
General
Manager Cahaya Music Creativa Groups (CMC Groups)
Guru
Jurnalistik SDIT Harapan Bunda
Pimpinan
Redaksi Majalah ANANDA YBI Kota Semarang
e-mail : cahayapena21@gmail.com
atau cahayapenakarya@gmail.com
Facebook :
Raddy Ibnu Jihad
Twitter :
@raddyibnujihad
PIN BB : 5A092A9E
Komentar
Posting Komentar