Postingan

Terus Belajar

Oleh: Raddy Ibnu Jihad Ilmu pengetahuan itu terus berkembang, seiring perkembangan manusia. Dengan demikian secara tak langsung diri kitapun ikut dirangsang untuk ikut berkembang. . . . Memang kita perlu tahu apa yang sedang terjadi di sekitar kita, namun kita tak dituntut untuk menguasai segalanya. Ada garis perbedaan yang perlu kita pahami. Teknologi terus berkembang dan kita perlu tahu agar tak menjadi alien di bumi. Akan tetapi kita tak perlu harus menguasai setiap elemen perkembangan tersebut. Karena, kita akan kelelahan dan tidak punya cukup energi. . . . Mungkin cara berpikir seperti inilah yang belum merebak. Seakan-akan kita harus selalu terlibat dalam setiap kecanggihan teknologi yang hadir. Padahal cukup tahu saja tak lebih. Kuncinya satu, yaitu terus belajar. Belajar memahami apa yang perlu kita tahu. Belajar mengerti apa yang kita bisa. Belajar menerapkan apa yang penting. . . . #harike34 #365harikonsistenberkarya #365harikonsistenmenulis #raddyibnujiha

Semangat

Oleh. Raddy Ibnu Jihad Tak peduli sehebat apapun kita tanpa semangat karyapun hampa. Mengapa kita harus semangat? Karena, sejatinya itu yang membuat kita mampu tetap tegar saat menghadapi aral rintangan. . . . Sekalipun kemampuan kita masih terbatas. Tak boleh semangat kita kendur. Semangat untuk terus belajar. In sya Allah itu justru yang akan membuat kita naik level. Sedangkan kita yang merasa sudah mampu dan jago di bidangnya, kemudian tak mengasahnya dia juga akan tumpul nantinya. . . . Semangat akan melandasi seseorang yang awalnya belum tahu apa-apa, akan tetapi terus belajar. Akhirnya dia akan berhasil menaikkan kemampuan pribadinya. . . . (02.02.2019) . . . #harike33 #365harikonsistenberkarya #365harikonsistenmenulis #raddyibnujihad #penulisinspiratifkreatif #flpsemarang #flpjawatengah #flpoke #mengubahmimpimenjadiaksinyata #menjagasemangatuntukkesuksesan #inspirasi #inspiraddy #inspirasilewatkarya #inspirasilewattulisan #inspirasikeluargaisl

Quote of Raddy

Mungkin tak banyak hal dapat kita lakukan, namun dengan menulis kita bisa melakukan banyak hal. (Raddy Ibnu Jihad) (01.02.2019) #harike32 #365harikonsistenberkarya #365harikonsistenmenulis #raddyibnujihad #penulisinspiratifkreatif #flpsemarang #flpjawatengah #flpoke #mengubahmimpimenjadiaksinyata #menjagasemangatuntukkesuksesan #inspirasi #inspiraddy #inspirasilewatkarya #inspirasilewattulisan #inspirasikeluargaislami

[Konsisten Berkarya]

oleh. Raddy Ibnu Jihad Sepertinya terlihat mudah apa yang direncanakan. Karena,   kita melihat hanya dari satu sisi semata. Impian untuk menghasilkan karya yang kerenpun juga hanya akan menjadi sekadar impian saat kita tidak konsisten untuk melakukannya. Seorang penulis dikatakan produktif ketika beliau terus menulis dan menghasilkan karya yang tak putus. Seorang aktor dikatakan produktif ketika rutin membintangi berbagai film atau series. Begitu pula profesi yang lainnya. . . . Membangun impian adalah sebuah keharusan. Karena dengan hal tersebut, kita akan semakin mantap untuk melangkah ke depan. Taka da keraguan untuk menyongsong dan menyambut masa depan. Sekali lagi, konsisten berkarya itu memang tak mudah. Namun semua itu dapat kita lakukan ketika komitmen kuat mengakar dan menghujam dalam diri. . . . In sya Allah tahun ini sayapun demikian. Ingin membuktikan pada diri sendiri bahwa konsisten menulis itu bisa. Konsisten untuk berkarya itu bisa. . . .

Open Pre Order Buku Antologi Ketiga

Gambar
Teruntuk para perempuan. Kita memang rapuh, tetapi tahukah bahwa kita diciptakan dengan segudang belas kasih? Itu sebab mengapa perempuan ditakdirkan untuk menjadi seorang ibu dan istri. Ia tangguh dalam menghadapi kehidupan demi keluarga kecil mereka. Ia sanggup tegar saat tersadar untuk harus segera bangkit. Teruntuk para lelaki. Lihatlah kami-perempuan-dalam memandang kehidupan. Kami siap untuk diajak tegar. Namun, tak jarang kami juga berputus asa mengingat perasaan kami gampang terpatahkan. Tuntunlah kami menyelaraskan antara rasa dan logika. Karena ada yang bilang, perempuan mendominasi rasa sedangkan kalian memdominasi logika. ( Anjar Lembayung, Editor AePublishing, Penulis Novel "Arimbi" ) Buku ini berisi sekumpulan kisah dan rasa dari setiap perempuan dalam meniti hidup. Sangat sayang untuk dilewatkan.  Berminat? Silakan pesan sekarang juga! Harga spesial selama masa pre order. Whatsapp : 085868568100 Fanpage : facebook.com/OfficialFanpageRaddy/ In

Patung Lilin - Bagian 4

oleh. Raddy Ibnu Jihad Aku masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Orang yang membawa kapak itu adalah Evan. Dia berlari ke arah hutan lurus dari arah pecahnya jendela kayu. Kuikuti sambil tetap bersembunyi. Terlihat dia memakai jaket berwarna hijau tebal. Itu jaket milik Evan. Apakah benar Evan akan mencederai teman-temannya sendiri? Terdengar seperti kotak kayu besar terjatuh ke lantai atau sengaja dijatuhkan. Kalau tidak salah arah suara berasal dari kamar seberang ruangan patung lilin. “Hah! Kamar tempatku istirahat bersama Evan!” seruku seketika. Aku lupa kalau sedang bersembunyi. Bergegas menuju kamar tempat istirahat. Sesampainya di depan kamar kurang lebih sepuluh meter, aku baru ingat kalau tadi baru saja mengejar seseorang berwajah Evan dan mengenakan jaketnya. Berarti kalau orang yang berlari menuju hutan adalah Evan di kamar ini kosong tak ada orang. Namun, jika Evan ada di dalam berarti orang yang membawa kapak bukan dirinya. Kubuka pelan-pelan pintu k

Patung Lilin - Bagian 3

Gambar
doc. faizqonitah.blogspot.co.id oleh. Raddy Ibnu Jihad Apa yang akan dilakukan oleh kakek tua itu? Dia membawa peralatan seperti tukang bangunan saja. Palu besar dan linggis ulir. Degupan jantungku semakin tak beraturan. Kuberanikan mengintip lagi ke arah kakek tua itu. Hilang? Dia tidak ada di sana? Ke mana kakek tua itu pergi? Bajuku seketika basah kuyup. Padahal udara dingin. Evan masih lelap mendengkur. Apa yang harus kulakukan? “Evan! Bangun! Evan! Bangun Evan!” seruku membangunkan paksa Evan yang tertidur sangat pulas dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya keras. “Dasar anak ini nyenyak sekali tidurnya!” ucapku jengkel sambil mendudukkan paksa Evan. “Ada apa ya nak?” kata kakek tua itu. Suara serak kakek tua itu berasal dari arah belakangku yang belum berhasil membangunkan Evan. Berarti kakek tua itu sudah berdiri di depan pintu kamar kami. Nafasku ngos-ngosan seperti orang sedang melarikan diri karena ketakutan. “Hmm, tidak apa-apa kok, Kek,” jawabku kaku d